Sebelumnya kita sudah sedikit banyak mengetahui informasi general mengenai demam yang seringkali terjadi pada anak-anak dan balita. Pada ulasan bagian kedua ini, kita akan berusaha untuk mengulas lebih mendalam lagi mengenai penanganan, pencegahan maupun pengobatannya guna mencegah dampak yang lebih gawat dan parah lagi.
Penyebab demam
Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. Hal tersebut dapat dimengerti karena infeksi saluran pernafasan merupakan penyakit anak yang paling sering didapatkan.
Dari demam saja, sebagai manifestasi klinis dari sebagian besar penyakit infeksi yang ringan maupun yang serius, tak akan dapat dipakai untuk memprediksi berat ringannya penyakit. Namun dengan melakukan observasi pola demam yang karakteristik, akan mendapatkan informasi berguna yang bisa membantu mengarahkan diagnosa. Demam tunggal melonjak mendadak bisa mengarahkan mungkin demam oleh karena obat, tindakan bedah, tranfusi produk darah. Demikian juga beberapa sifat demam seperti intermiten, remiten, kontinyu, relapsing (berulang) atau bipasik dapat membantu mengarahkan ke diagnosa tertentu.
Diagnosa banding anak dengan demam bisa amat banyak mulai akibat infeksi saluran nafas yang sederhana, sampai keadaan penyakit yang serius seperti bakteriemi, sepsis, meningitis, dan sebagainya. Untuk menetapkan diagnosa dari keadaan demam yang kadang membingungkan, memang diperlukan keahlian dan pengalaman.
Pengelolaan Demam dan Kejang Demam
Ada baiknya untuk mengetahui penatalaksanaan demam sebelum dibawa ke petugas kesehatan. Demam tak selalu harus diberikan pengobatan,apalagi pada anak yang kondisinya baik serta suhunya kurang dari 39.0ÂşC,dan bila diberi pengobatan suhu tubuh tak perlu harus mencapai normal. Pengobatan sendiri meskipun di USA yang merupakan negara yang maju, sampai sekarang tetap ada, oleh karena ketakutan / “fever phobia” pada orang tua dan pengasuh anak. Dari sebanyak 340 pengasuh anak 89% memberikan antipiretik, karena beranggapan demam berakibat buruk sebanyak 91%, berpendapat merusak otak 21%,dan bisa mematikan 14%.
Dan sebagian besar bukti mengarahkan bahwa panas merupakan respon adaptasi tubuh yang terapinya hanya pada keadaan yang selektif dan atas indikasi tertentu saja.
Demam yang perlu diobati pada keadaan seperti anak dengan :
- Keadaan Syok,
- Latar belakang penyakit pada ginjal dan jantung,
- Demam yang tinggi (hiperpireksia > 40.0ÂşC),
- Kemungkinan heat illness,
- Anak gelisah sehingga perlu membuat rasa nyaman,
- Bagi yang beresiko terjadi kejang demam.
Selama demam dapat mengakibatkan kejang, logikanya pengobatan demam akan menurunkan kejadian kejang demam. Namun kenyataan kebanyakan kejang demam terjadi pada awal terjadinya penyakit dengan demam, dan pengobatan tak mungkin menghilangkan secara total.
Pengobatan anak demam selain dengan menggunakan obat antipiretik seperti aspirin, asetaminofen/paracetamol ,dan ibuprofen, bisa juga dengan kombinasi tindakan non farmakologis. Pemberian pengobatan dengan obat antipiretik hanya mengurangi keluhan demamnya saja, yang pasti tak akan merubah perjalanan penyakit infeksinya sendiri.
Pemilihan antipiretik dengan acetaminofen, aspirin, ibuprofen, merupakan obat yang bisa menghambat demam, maka ketiganya adalah obat antipiretika yang efektifitasnya setara. Karena aspirin acapkali dikaitkan dengan terjadinya sindroma Reye maka penggunaan sebagai antipiretik banyak ditinggalkan, maka pengobatan sekarang cenderung menggunakan acetaminofen serta ibuprofen yang tak pernah ada laporan dengan terjadinya sindroma Reye.
Efektifitas Ibuprofen dibandingkan acetaminofen ternyata lebih baik oleh karena efek lebih lama, serta punya khasiat anti radang/ inflamasi. Perlu ditambahkan reaksi inflamasi sebagai bagian reaksi imunologis juga sebagai penyebab kerusakan jaringan serta rasa tidak nyaman penderita dengan demam.
Efek jelek ibuprofen secara umum bisa diterima,yakni terjadinya tukak lambung/ gangguan pencernaan ,perdarahan di daerah lambung dan usus/gastrointestinal, mengurangi aliran darah ke ginjal, dan mengganggu fungsi hati akan lebih sering terjadi dibandingkan acetaminofen. Secara nyata pemberian dosis terapi acetaminofen secara tepat, bebas dari efek samping. Namun jika overdosis keduanya bisa berakibat fatal. Kematian dari over dosis acetaminofen karena rusak pada hati dan ginjal ,sedang kematian over dosis ibuprofen dan aspirin, diakibatkan oleh gangguan pada jaringan syaraf dan terjadi apneu/ tidak bernapas karena saraf pernafasan rusak. Tak ada data keamanan serta efektifitas dari terapi kombinasi acetaminofen dengan ibuprofen, karena secara teoritis beresiko terjadi jejas renal (renal injury) sehingga ada indikasi jangan diberikan. Dari toksisitas yang diakibatkan, nampaknya pilihan sebagai pengobatan rutin adalah acetaminofen/ paracetamol.
Direkomendasikan pemberian antipiretik dimulai dengan acetaminophen/ paracetamol adalah 10-15 mg/kg Berat Badan setiap 4-6 jam. Bila panas tetap naik, beralasan jika pengobatan digantikan dengan ibuprofen 10 mg/kg Berat Badan setiap 6-8 jam.
Selain diberikan antipiretik untuk mengurangi demam dapat diberikan pendinginan eksternal seperti penyekaan dengan air hangat-hangat kuku berguna dalam menurunkan suhu tubuh, daripada penggunaan antipiretik saja, dan sebaiknya dilakukan setelah 30 menit pemberian acetaminofen. Meskipun secara kombinasi penyekaan dan antipiretik, lebih cepat menurunankan panas, pada anak panas yang masih nampak baik, dapat menambah ketidak nyamanan. Jangan digunakan alkohol untuk menyeka, karena dapat menguap dan terhirup ,serta dapat menembus kulit, sehingga terjadi efek toksik pada susunan saraf pusat.
Tindakan lain seperti menambah jumlah cairan yang masuk tubuh, dengan menganjurkan banyak minum, serta jangan membungkus anak dengan pakaian yang berlapis. Alasannya pada anak demam akan kehilangan cairan lebih banyak, karena terjadi banyak berkeringat, dan kehilangan lewat saluran nafas karena frekwensi nafas bertambah.
Hal penting perlu digaris bawahi, bahwa antipiretik hanya digunakan sebagai pengobatan simtomatik/ mengurangi gejala demam saja. Selama sebagian besar penyakit demam pada anak adalah penyakit virus yang sembuh dengan sendirinya, pemberian antipiretik berkepanjangan tak diperlukan.
Jika dalam waktu 4 sampai 5 hari panas tetap tinggi, atau terjadi atau muncul gejala yang sifanya lokal, harus segera dievaluasi dengan membawa kepetugas kesehatan terdekat.
Sedangkan untuk kejang karena demam Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau orang lain di rumah adalah diazepam rektal / stesolid lewat dubur. Dosis diazepam rektal adalah 0,5 – 0,75 mg/kg Berat Badan atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
Lain-lain
- Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
- Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
- Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.
- Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
Related Posts